PERBEDAAN KAPASITAS VITAL PARU GURU SMP BERDASARKAN PENGGUNAAN KAPUR TULIS DAN SPIDOL (STUDI KASUS DI KABUPATEN KENDAL)
DOI:
https://doi.org/10.55681/saintekes.v2i1.17Keywords:
Kapasitas Vital Paru, Kapur Tulis, SpidolAbstract
Meskipun saat ini sudah banyak digunakan teknologi pembelajaran digital, namun penggunaan alat tulis berupa spidol dan kapur tulis masih ditemukan pada pembelajaran di sekolah. Secara umum penggunaan spidol whiteboard lebih banyak dipilih dari pada kapur tulis sebagai alat pembelajaran konvensional. Kapur tulis standar yang digunakan di kelas pada umumnya terbuat dari kalsium karbonat dimana debu dari kapur tulis bisa menjadi alergen atau pemicu kambuhnya penyakit. Spidol yang dianggap bersih, tidak berdebu dan aman ternyata mengandung bahan kimia yang disebut xylene, yaitu bahan kimia yang menimbulkan aroma khas pada spidol dan juga banyak digunakan pada cat, thinner dan pernis. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan kapasitas vital paru pada guru yang mengajar menggunakan spidol dengan kapur tulis.Penelitian ini adalah Explanatory Research dengan pendekatan Cross Sectional dan analisis data menggunakan Mann Whitney. Populasi dalam penelitian adalah sebanyak 30 guru di SMP/MTS di Kabupaten Kendal, dimana data dianalisis menggunakan uji Mann Whitney.Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase guru yang memiliki kapasitas paru tidak normal lebih banyak pada kelompok pengguna spidol (36,7 %) kemudian daripada kelompok pengguna kapur (30%). Tidak ada perbedaan bermakna kapasitas vital paru antara guru yang mengajar menggunakan kapur tulis dengan guru yang mengajar menggunakan spidol berdasarkan uji statistik. Disarankan agar guru mencari media pembelajaran yang lebih sehat sebagai pengganti kapur tulis maupun spidol dengan memanfaatkan teknologi informasi digital secara tepat.
Downloads
References
Suma’mur, P.K. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, CV. Sagung Seto.
Jakarta : 2009
Suma’mur, P.K, Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, PT. Toko Gunung
Agung, Jakarta : 1996
Depkes RI. Modul Pelatihan Bagi Fasilitator Kesehatan Kerja. Jakarta : 2003
Corwin J, Elizaberth, Buku Saku Patofisiologi, EGC, Jakarta, 2001.
Guyton, Arthur C dkk, Fisiologi Kedokteran, Terjemahan Irawati Setiawan, EGC, Jakarta, 1997.
Pearce, Evelyn C., Anatomi Fisiologi Untuk Paramedis, PT Gramedia Pusat
Utama, Jakarta, 1991
Ikhsan, M., Penatalaksanaan Penyakit ParuAkibat Kerja, UI, Jakarta, 2002.
Soemirat J, Kesehatan Lingkungan, UGM press, Bandung, 1994.
Wahyuningsih, M. 2011. Spidol Lebih Berbahaya Ketimbang Kapur Tulis. http://health.detik.com/read/2011/02/18/072652/1573363/763/spidol-lebih- berbahaya-ketimbang-kapur-tulis Diakses 1 Desember 2014
Jan Tambayong, Anatomi Fisiologi untuk Keperawatan, Rineka Cipta, Jakarta:
Joko Suyono, Deteksi Dini Penyakit Akibat Kerja, EGC, Jakarta : 1995
Syaifudin, Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat, EGC, Jakarta : 1997
Sukarso, Perbedaan Rerata Penurunan Kapasitas Vital Baru Pekerja Kapur Perusahaan Sari Agung dan Giri Alam desa Darmakradenan Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas. Skripsi FKM UNDIP, 2005.
Mumthahannah, L. B. Hubungan Lama Paparan Debu Kapur Dan Kedisiplinan Pemakaian Masker dengan Penurunan Fungsi Paru Pada Tenaga Kerja Bagian Produksi PT. Putri Indah Pertiwi Desa Pule, Gedong, Pracimantoro, Wonogiri. Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014
Mahawati, E. “Effect of safety and hygiene practices on lung function among
Indonesian farmers exposed to pesticides”, South Eastern European Journal of
Public Health (SEEJPH). doi: 10.11576/seejph-5331. 2022